Kamis, 18 April 2019

Dilema Moral Pemimpin

Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Posisi pemimpin dalam perspektif sosiologi dan islam merupakan potret atas beberapa kenyataan yang ada dalam masyarakat, analisis tentang itu belum sepenuhnya mampu menjelaskan kerumitan makna elite pemimpin dan mereka yang “tiba-riba” menjadi pemimpin, karena posisi jabatannya.
Pemimpin berhubungan dengan tugas-tugas mulia membina,membimbing, dan mengarahkan umat dan bahkan pemimpin akan sangat menentukan jalannya perubahan suatu komunitas. Mereka yang disebut pemimpin sering kali melekat dalam dirinya keistimewaan dan keunggulan yang bersifat komperatif perilaku, ucapan, perbuatan, dan sebagainya selalu mencerminkan keunggulan dirinya.
Refleksi social dapat ditemukan dalam dimensi etika social seperti bermoral, jujur dan adil, meski dalam kasus tertentu terdapat elite pemimpin Islam yang terlibat dalam perbuatan dan perilaku yang menyimpang, meski ia pada mulanya berasal dari “lingkaran” kelompok yang potensial menjadi pemimpin umat. Adapun beberapa kasus moral yang melibatkan “calon” pemimpin Islam atau bahkan sudah termasuk kategori pemimpin justru menunjukkan lemahnya komitmen moral dan kejujuran akan makna dirinya sebagai sosok yang dapat diteladani oleh banyak orang. Korupsi misalnya.


Dari tulisan di atas bisa kita ambil kutipan Al-Qur’an Surah An-Nisâ’/4:58-59

Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا﴿٥٨﴾يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Sesungguhnya Allâh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allâh memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allâh adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allâh dan ta’atilah Rasûl(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allâh (al-Qur’an) dan Rasûl (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allâh dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Buku Sosiologi Islam & Masyarakat Modern (Hal 67 – 71)




Bidang Media dan Komunikasi
PC IMM Kota Tangerang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar