Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Di dalam sebuah pesta, setiap pesertanya mesti menikmati dan
berbahagia. Meski pada saat pelaksanaannya tidak semua orang melakukan atau
memilih hal yang sama, tetap pesta harus berjalan. Pesta adalah hal yang
dinanti-nanti banyak orang, disana memungkinkan teman lama berkumpul
membicarakan berbagai hal, bercanda dan mempererat silaturahim yang telah lama
renggang.
Pada sebuah demokrasi, pestanya berarti menyumbangkan suara kepada
yang membutuhkan.
Seorang calon legislatif atau bahkan calon presiden adalah objek
yang dipestakan, sedangkan masyarakat adalah subjek atau pelakunya. Inilah
momen yang banyak terjadi keunikan dan keseruan di dalamnya. Untuk masalah
gesekan sosial, atau berdebat di media adalah bumbu keharmonisan hidup
bernegara, dan jika malah dijadikan alasan permusuhan tandanya ada yang cacat
pada toleransi bersosial.
Pesta Demokrasi 5 tahun sekali memang banyak kontroversi. Terjadi
kebimbangan di grass root, mereka yang cuek terhadap politik kebanyakan tidak
mengetahui seluk beluk para calon, pada akhirnya memilih siapa yang memberi
mereka uang, baju, atau sembako. Sungguh suara tidak pantas dibeli dengan harga
semurah itu.
Kebingungan ditambah pada ranah pemilihan calon presiden. Hanya ada
dua calon, keduanya sama baik dan pasti punya sisi kekurangannya masing-masing.
Kebingungan ini yang dipandang sasaran empuk bagi para pemusuh demokrasi. Pada
tulisan ini saya menyebut mereka kaum golput.
Sudah beberapa upaya yang di lakukan kaum golputiyah untuk
mengarahkan masyarakat memilih untuk tidak memilih. Sejak pertama booming
tentang akun nurhadi aldo, saya tidak ikut-iktan merepost kuotes-kuotes lucunya
dengan pict foto mirip tokoh besar komunis. Dalan wawancara salah satu stasiun televisi
admin nurhadi aldo menyebutkan "semakin banyak masyarakat yang golput maka
semakin berhasil kita" https://youtu.be/CEo1ai4kID4. Upaya kedua mereka adalah, membuat film dokumenter ecek-ecek lalu
diviralkan di youtube dan disambut baik oleh mahasiswa-mahasiswa berlatar
pergerakan. Dokementer yang cacat pada kaidahnya, hanya menampilkan kekurangan
atau dampak negatif dari pengembangan industri itu dan hanya meminta keterangan
dari yang disepakulasikan korban, tanpa menimbang keterangan pihak yang
merasakan manfaat dari itu.
Dengan alasan apapun, film itu meresahkan dan di rilis di waktu
yang tidak tepat (masa tenang kampanye). Besar kemungkinan mengajak masyrakat
untuk percaya bahwa dari kedua rival yang sedang berkompetisi adalah mereka
yang dibelakang mesra berbisnis dan merusak sumber daya alam indonesia. menurut
saya, itulah upaya-upaya mereka untuk membuat masyarakat tidak lagi percaya
demokrasi. Mereka merusak pesta yang susah payah dibuat,pesta yang isinya
harapan akan kemajuan dan kesejahteraan sebuah bangsa.
Jika tidak mempu menetapkan pilihan, berikanlah suara kepada yang
dipandangan baik. Dan jika semuanya tidak baik, pilihlah yang paling sedikit
jeleknya. Dan seburuk mereka yang tinggal di negeri bersistem demokrasi adalah
yang tidak memberikan pilihan. Tidak ikut serta dalam memilih pemerintahan yang
pada kuasanya kemajuan atau kemunduran negeri dalam genggamannya.
Pesan saya kepada golputiyah: Mungkin kalian bisa memengaruhi
orang lain, tapi tidak dengan kaum berpendidikan dan open minded.
~Rizqi Wijaya ~
Ketua Bidang Organisasi
PC IMM Kota Tangerang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar