Selasa, 16 April 2019


Assalamuallaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Di dalam sebuah pesta, setiap pesertanya mesti menikmati dan berbahagia. Meski pada saat pelaksanaannya tidak semua orang melakukan atau memilih hal yang sama, tetap pesta harus berjalan. Pesta adalah hal yang dinanti-nanti banyak orang, disana memungkinkan teman lama berkumpul membicarakan berbagai hal, bercanda dan mempererat silaturahim yang telah lama renggang.
Pada sebuah demokrasi, pestanya berarti menyumbangkan suara kepada yang membutuhkan.
Seorang calon legislatif atau bahkan calon presiden adalah objek yang dipestakan, sedangkan masyarakat adalah subjek atau pelakunya. Inilah momen yang banyak terjadi keunikan dan keseruan di dalamnya. Untuk masalah gesekan sosial, atau berdebat di media adalah bumbu keharmonisan hidup bernegara, dan jika malah dijadikan alasan permusuhan tandanya ada yang cacat pada toleransi bersosial.
Pesta Demokrasi 5 tahun sekali memang banyak kontroversi. Terjadi kebimbangan di grass root, mereka yang cuek terhadap politik kebanyakan tidak mengetahui seluk beluk para calon, pada akhirnya memilih siapa yang memberi mereka uang, baju, atau sembako. Sungguh suara tidak pantas dibeli dengan harga semurah itu.
Kebingungan ditambah pada ranah pemilihan calon presiden. Hanya ada dua calon, keduanya sama baik dan pasti punya sisi kekurangannya masing-masing. Kebingungan ini yang dipandang sasaran empuk bagi para pemusuh demokrasi. Pada tulisan ini saya menyebut mereka kaum golput.
Sudah beberapa upaya yang di lakukan kaum golputiyah untuk mengarahkan masyarakat memilih untuk tidak memilih. Sejak pertama booming tentang akun nurhadi aldo, saya tidak ikut-iktan merepost kuotes-kuotes lucunya dengan pict foto mirip tokoh besar komunis. Dalan wawancara salah satu stasiun televisi admin nurhadi aldo menyebutkan "semakin banyak masyarakat yang golput maka semakin berhasil kita" https://youtu.be/CEo1ai4kID4. Upaya kedua mereka adalah, membuat film dokumenter ecek-ecek lalu diviralkan di youtube dan disambut baik oleh mahasiswa-mahasiswa berlatar pergerakan. Dokementer yang cacat pada kaidahnya, hanya menampilkan kekurangan atau dampak negatif dari pengembangan industri itu dan hanya meminta keterangan dari yang disepakulasikan korban, tanpa menimbang keterangan pihak yang merasakan manfaat dari itu.
Dengan alasan apapun, film itu meresahkan dan di rilis di waktu yang tidak tepat (masa tenang kampanye). Besar kemungkinan mengajak masyrakat untuk percaya bahwa dari kedua rival yang sedang berkompetisi adalah mereka yang dibelakang mesra berbisnis dan merusak sumber daya alam indonesia. menurut saya, itulah upaya-upaya mereka untuk membuat masyarakat tidak lagi percaya demokrasi. Mereka merusak pesta yang susah payah dibuat,pesta yang isinya harapan akan kemajuan dan kesejahteraan sebuah bangsa.
Jika tidak mempu menetapkan pilihan, berikanlah suara kepada yang dipandangan baik. Dan jika semuanya tidak baik, pilihlah yang paling sedikit jeleknya. Dan seburuk mereka yang tinggal di negeri bersistem demokrasi adalah yang tidak memberikan pilihan. Tidak ikut serta dalam memilih pemerintahan yang pada kuasanya kemajuan atau kemunduran negeri dalam genggamannya.
Pesan saya kepada golputiyah: Mungkin kalian bisa memengaruhi orang lain, tapi tidak dengan kaum berpendidikan dan open minded.
~Rizqi Wijaya ~
Ketua Bidang Organisasi
PC IMM Kota Tangerang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar