Dilema Moral Pemimpin
Assalamuallaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Posisi pemimpin dalam perspektif sosiologi dan islam
merupakan potret atas beberapa kenyataan yang ada dalam masyarakat, analisis tentang
itu belum sepenuhnya mampu menjelaskan kerumitan makna elite pemimpin dan
mereka yang “tiba-riba” menjadi pemimpin, karena posisi jabatannya.
Pemimpin berhubungan dengan tugas-tugas mulia
membina,membimbing, dan mengarahkan umat dan bahkan pemimpin akan sangat
menentukan jalannya perubahan suatu komunitas. Mereka yang disebut pemimpin
sering kali melekat dalam dirinya keistimewaan dan keunggulan yang bersifat
komperatif perilaku, ucapan, perbuatan, dan sebagainya selalu mencerminkan
keunggulan dirinya.
Refleksi social dapat ditemukan dalam dimensi etika social
seperti bermoral, jujur dan adil, meski dalam kasus tertentu terdapat elite
pemimpin Islam yang terlibat dalam perbuatan dan perilaku yang menyimpang,
meski ia pada mulanya berasal dari “lingkaran” kelompok yang potensial menjadi
pemimpin umat. Adapun beberapa kasus moral yang melibatkan “calon” pemimpin
Islam atau bahkan sudah termasuk kategori pemimpin justru menunjukkan lemahnya komitmen
moral dan kejujuran akan makna dirinya sebagai sosok yang dapat diteladani oleh
banyak orang. Korupsi misalnya.
Dari tulisan di atas bisa
kita ambil kutipan Al-Qur’an Surah An-Nisâ’/4:58-59
Allâh Azza wa Jalla berfirman:
إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ
أَهْلِهَا وَإِذَا حَكَمْتُمْ بَيْنَ النَّاسِ أَنْ تَحْكُمُوا
بِالْعَدْلِ ۚ إِنَّ اللَّهَ نِعِمَّا يَعِظُكُمْ
بِهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ سَمِيعًا بَصِيرًا﴿٥٨﴾يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَأُولِي الْأَمْرِ
مِنْكُمْ ۖ فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ
وَالرَّسُولِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ
الْآخِرِ ۚ ذَٰلِكَ خَيْرٌ وَأَحْسَنُ تَأْوِيلًا
Sesungguhnya Allâh menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang
berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara
manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allâh memberi
pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allâh adalah Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. Hai orang-orang yang beriman, ta’atilah Allâh dan
ta’atilah Rasûl(-Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu
berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allâh
(al-Qur’an) dan Rasûl (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allâh
dan hari kemudian. Yang demikian itu adalah lebih utama (bagimu) dan lebih baik
akibatnya.
Buku Sosiologi Islam &
Masyarakat Modern (Hal 67 – 71)
Baca Selengkapnya : https://almanhaj.or.id/9665-faedah-dari-dua-ayat-tentang-kepemimpinan.html